Hafiz Mohammad Yunus, adalah salah satu pengungsi asal Myanmar. Ia tercatat sebagai salah satu dari hampir 1.000 orang Rohingya bersama ratusan migran Bangladesh yang mendarat di Aceh pada bulan Mei 2015 Mereka mendarat di Aceh dalam tiga gelombang. Bagaimana kehidupan mereka sekarang? Walau awalnya banyak bantuan berdatangan dari dalam dan luar negeri namun sekarang mereka harus berjuang menafkahi hidupnya dengan berdagang atau menjual jasa. Tanpa status di negeri orang memang mengenaskan. Indonesia tidak menandatangani Konvensi Pengungsi PBB tahun 1951 yang antara lain memberikan akses ke lapangan kerja dan pendidikan. Dan Indonesia sesuai UU dilarang mengirim pasukan ke wilayah konplik kecuali atas misi PBB.
Apakah negara islam yang kaya seperti peduli kepada mereka ? tidak nampak. Apakah ada ormas Islam yang berkomitmen menjamin hidup mereka selama jadi pengungsi ? tiada ada. Justru setelah lebih dari setahun ditampung di Provinsi Aceh, Organisasi Migran Internasional (IOM) dan badan PBB yang mengurus pengungsi (UNHCR) bergerak untuk memberikan mereka tempat tinggal yang aman dan terhormat. Memang wewenang IOM dan UNHCR yang memfasilitasi pemindahan manusia perahu tersebut. Secara bertahap mereka akan menjalani verifikasi dan persyaratan lainnya sebelum mereka diterbangkan ke negara ketiga salah satunya AS. Mereka juga tidak peduli mau ditempatkan di negara manapun asalkan tidak di kembalikan ke negaranya karena trauma.
Masalah entis Rohingya adalah masalah politik dalam negeri Myanmar. Mereka lebih tahu akar masalahnya dan tentu lebih paham bagaimana harus bertindak. Jadi biarkan rakyat myanmar belajar dari proses kebangsaannya untuk berdamai dengan kenyataan bahwa hidup rukun jauh lebih baik dari pada bertikai. Sikap provokatif pihak luar tidak akan memberikan dampak positip bagi masa depan etnis Rohingya pada khususnya dan Myanmar pada umumnya. Justru akan semakin memperumit persoalan, apalagi membawa issue agama. Ini akan menjadikan myanmar khususnya wilayah konplik menjadi perang tanpa henti. Tak ubahnya dengan Suriah, Yaman, dan tetap yang korban adalah penduduk yang tak berdosa.
Kalau sekrang issue soal Rohingya begitu meluas di Indonesia yang kesannya membangkitkan semangat solidaritas terhadap nasip umat islam di Myanmar, dan sekaligus menyudutkan pemerintah Jokowi yang tidak punya empati membela penindasan umat islam yang dilakukan oleh umat budha, maka itu bisa ditebak bahwa bukan karena empati yang murni untuk kemanusiaan tapi lebih karena politik indentitas yang sedang di goreng oleh kelompok tertentu. Ini bagian dari program semangat khilafah yang tiada henti bergerak diakar rumput dengan menggunakan issue apa saja yang bisa membuat umat tetap percaya kepada khilafah yang akan membela umat islam dimana saja.
Mengapa saya katakan itu adalah gerakan politik bukan kemanusiaan? Karena kalaulah karena kemanusiaa, mengapa mereka tidak tergerak membantu secara kolosal para pengungsi Etnis Rohingya yang ada di Indonesia. Mengapa tidak ada gerakan amal untuk membantu mereka. Mengapa hanya hadir ketika issue pengungsi jadi berita nasional dan setelah itu padam begitu saja setelah tidak ada lagi issue. Mengapa tidak ada gerakan solidaritas terhadap rakyat Yaman yang dibombardir oleh pasukan koalisi Arab. Mengapa tidak ada solidaritas umat Islam di Marawi yang ratusan ribu jumlahnya jadi pengungsi akibat ISIS. Mengapa ?
Jadi sudahilah membakar issue bahwa umat islam sedang di zolimi dan apalagi dibalik issue hoax itu terselip nomor rekening bank untuk menyalurkan sedekah bagi etnis rohingya yang muslim. Sementara tetangga dekat rumah, kampung yang miskin masih banyak yang harus ditolong.
GROUP DISKUSI DENGAN BABO
GROUP DISKUSI DENGAN BABO
Comments
Post a Comment